Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)"(QS. Ali Imran : 14)
cinta pada diri manusia bisa dibagi menjadi dua:
1. cinta yang bersifat thobi'i (tabiat, natural, alamiah) (QS. 3:14)
2. cinta yang bersifat syar'i (syari'at) (QS. 49:7)
Cinta yang thobi'i ada pada manusia semenjak dia lahir. Sedangkan
cinta yang bersifat syar'i ditanamkan oleh Allah pada diri orang-orang
mu'min.
Cinta yang thobi'i muncul dalam bentuk kecenderungan kepada apa-apa
yang diingini (hubbussyahawat) seperti yang diungkapkan dalam Q.S. 3:14.
Kata syahwat disini tentunya bukan hanya berarti nafsu libido seperti
yang dimaknai dalam bahasa Indonesia. Dari sini lahirlah sikap
hubbuttamaluk atau keinginan untuk memiliki yang sifatnya fana.
Cinta yang syar'i landasannya adalah keimanan yang dianugerahkan
Allah secara khusus pada diri orang-orang mu'min. Dari sini lahirlah
kondisi mawaddah warrohmah (keinginan yang sangat terhadap yang dicintai).
Ciri-ciri adanya cinta ('alamatul-hubb)
Ada beberapa ciri yang mengindikasikan bahwa seseorang memiliki rasa cinta terhadap sesuatu.
1. Adanya perasaan ta'ajub.
Kata ini diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi "takjub" atau "pesona" Kecintaan terhadap sesuatu meniscayakan adanya pesona yang terkandung dalam sesuatu yang kita cintai tersebut.
2. Adanya perasaan roja (harap) dan khouf (cemas)
Perasaan harap-harap cemas adalah reaksi yang azim muncul dalam interaksi yang dilandasi oleh rasa cinta. Untuk menyebut sebuah contoh, cobalah tengok acara H2C di salah satu stasiun TV
3. Munculnya perasaan ridho (rela).
Terhadap apapun yang diminta oleh orang yang kita cintai, sejauh itu bisa kita lakukan, maka biasanya kita dengan senang hati melakukannya.
Tengoklah ungkapan orang yang sedang dimabuk cinta; Gunung kan kudaki,lautpun kan kuseberangi, dsb dsb.
4. Lahir perilaku dzikr (sering menyebut objek yang dicintai)
Barangsiapa yang mencintai sesuatu, maka ia akan sering mengingat (menyebutnya), karena cinta adalah perasaan hati yang butuh pengekspresian, baik dalam bentuk kata maupun aksi perbuatan.
5. Muncul sikap tadhhiyyah (pengorbanan)
Cinta tanpa pengorbanan adalah dusta dan pengorbanan tanpa cinta adalah sia-sia.
Prioritas cinta (al-iitsaru fil hubb)
Islam mengatur prioritas dalam menempatkan rasa cinta, yang seharusnya dita'ati oleh setiap mu'min (QS. 9:24).
1. Prioritas cinta yang pertama adalah Allah Swt.
2. Rasul dan Al-Islam
3. Al-Jihad
4. Al-Mu'min
Tertib cinta (Marotibul-hubb)
Di awal disampaikan bahwa rasa cinta adalah "perhiasan" yang semestinya ditempatkan pada tempat dan waktu yang tepat. Kecintaan kepada Allah Swt adalah kecintaan tertinggi yang harus kita prioritaskan. Namun demikian, Allah Swt tidak akan pernah mendzolimi manusia dengan mereduksi rasa cinta manusia terhadap hal-hal lain yang bersifat materi. Hanya saja, yang dituntut dari kita adalah menempatkan rasa cinta itu secara proporsional (marotibul-hubb), atau dengan kata lain memberikan proporsi cinta yang tepat terhadap segala sesuatu.
Proporsi seperti apakah yang semestinya kita berikan atau kita tempatkan terhadap sesuatu yang kita cintai?
1. Ta'athuf (artinya kurang lebih: simpati)
Walaupun agak sulit mencari padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia, namun bisa dikatakan bahwa ta'athuf adalah "rasa cinta terhadap hal yang bersifat materi (madah) atau dunia. Kecintaan terhadap dunia
(materi) harus diletakkan sewajarnya dengan tidak berlebih-lebihan. Ingat do'a yang meminta agar Allah meletakkan dunia di "tangan" kita, dan bukan di "hati" kita. Dan banyak ungkapan lain yang mengingatkan kita untuk "tidak terlalu mencintai dunia. Dari kecintaan terhadap materi (dunia) ini lahirlah sikap intifa (memanfaaatkan).
2. Shobabah (artinya kurang lebih: curahan, menuang)
Tingkatan ini lebih tinggi dari sekedar ta'athuf (simpati). Kecintaan yang bersifat shobabah semestinya di curahkan kepada sesama muslim (Al-muslim). Dari sini lahirlah sikap ukhuwah.
3. As-syauq wal ghorom (kerinduan yang sangat)
Sasaran dari rasa cinta ini adalah Al-mu'min. Dari sini lahir sikap kasih sayang dan pengutamaan (mawaddah wa tafadhol)
4. Al-'Isyq (Artinya kurang lebih "kemesraan")
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah asyik-masyuk yang diserap dari istilah ini. Object dari perasaan ini adalah Ar-Rasul dan Al-Islam. Lahir sikap jihad dan pengorbanan (al-jihad wat-tadhhiyyah)
5. At-Taim (kemesraan yang sempurna, yang utama)
Obyek dari kecintaan tertinggi ini adalah tentu saja Allah 'Azza Wajalla. Dari sini lahirlah sikap 'ubudiyah (penghambaan).
Ada satu ungkapan dari Ibnu Taimiyah. : mencinta dicinta tercinta adalah keutamaan mencinta tercinta. Kecintaan kita kepada sesuatu yang dicintai oleh orang yang kita cintai adalah kesempuranaan dalam mencintai orang tercinta. Allah mencintai Rasulullah. Maka wajib bagi kita untuk mencintai Rasulullah sebagai ungkapan keutamaan cinta kita kepada Allah. Kecintaan kita kepada Rasullulah adalah karena kita cinta kepada Allah.
Karena kecintaan kepada Allah adalah prioritas tertinggi, maka:
CINTAILAH SEGALA SESUATU ITU KARENA KECINTAAN KITA KEPADA ALLAH.
Rabu, 11 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar