Rabu, 11 Februari 2009
"MEMAKNAI MUSIBAH"
Setiap manusia akan mengalami musibah. Tidak ada manusia yang bebas dari musibah. Oleh karena itu, mak kita perlu pengetahuan yang baik mengenai konsepsi musibah ; karena dengan pengetahuan yang baik ( Islami ) akan sangat membantu kita dalam menghadapi musibah yang menimpa kehidupan kita.
Musibah menurut AL-Qur'an dan Hadits mempunyai paling sedikit 3 dimensi. Pertama, sebagai hukuman Allah atas pembangkangan yang dilakukan manusia pada aturan yang telah ditetapka-Nya ( hukum sebab akibat ). Kedua, sebagai penghapusan dosa sehingga dengan demikian di akhirat nanti ada dosa yang tidak diperhitungkan lagi karena hukumannya sudah ditunaikan Allah di dunia ( sebagai penebus dosa ). Ketiga, sebagai ujian untuk kenaikan derajat manusia di mata Allah swt. ( sebagaimana yang dialami oleh para Nabi dan juga Rasulullah saw. )
Dalil-dalil mengenai hal tersebut di atas, dapat dipelajari dari AL-Qur'an dan Hadits Rasulullah saw., sebagai berikut :
Dan musibah apa saja yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
[Asy-Syuura : 30]
maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka.....
[Al-Maidah : 49]
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.
[An-Nisaa' : 79]
Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya,
[Al-Anfaal : 51]
"Sesungguhnya Allah swt. tidaklah menetapkan suatu keputusan, kecuali akan berakibat baik kepadanya."
HR. Ibnu Hibban dari Anas
"Demi kejayaan dan keagungan-Ku, tidak akan Aku mematikan hamba-Ku yang Aku kehendaki kebaikan baginya, sehingga Aku menghapuskan dosa-dosa yang pernah ia lakukan melalui rasa sakit di badannya, kerugian pada hartanya dan kematian anaknya. Maka apabila masih terdapat dosa padanya maka Aku perberat baginya saat sakratul maut, sehingga dia menemui Aku seperti saat ia dilahirkan dari rahim ibunya (tidak mengemban suatu dosapun). Dan demi kejayaan dan keagungan-Ku, tidak akan Aku mematikan hamba-Ku yang Aku tetapkan keburukan atasnya, sehingga Aku menghapuskan perbuatan-perbuatan baiknya melalui kesehatan tubuhnya (tidak pernah sakit), bertambah hartanya dan bertambah anaknya ; maka sekiranya masih ada kebaikan padanya, Aku ringankan baginya sakratul maut sehingga dia menghadap-Ku dalam keadaan tidak memiliki kebaikan apapun."
Hadits Qudsi
"Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka didahulukan baginya hukuman di dunia (berupa musibah dan kesusahan agar terhapus dosa-dosanya) dan apabila Dia menghendaki keburukan pada hamba-Nya, maka Dia akan menahan darinya (membiarkannya) dengan dosa-dosanya sehingga (dosa-dosatersebut) dibalas pada hari kiamat."
HR. Turmudzi
Rasulullah bersabda : "Sesungguhnya orang-orang saleh akan diperberat (musibah) atas mereka. Dan tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah, seperti tertusuk duri atau lebih ringan dari itu, kecuali akan dihapuskan dosa-dosanya dan akan ditinggikan derajatnya."
HR. Ahmad, Ibnu Hibban, al-Hakim dan Baihaqi
"Manusia yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang-orang saleh yang meneladaninya. Seseorang akan diuji menurut kekuatan imannya, apabila imannya kuat maka makin berat pula ujiannya ; apabila imannya kurang kuat maka dia diuji menurut kadar kekuatannya ; dia akan diuji terus, sehingga ia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih (tidak berdosa)."
HR. Ahmad, Bukhari, Turmudzi dan Ibnu Majah
Pada hakikatnya, semua ketentuan yang ditetapkan Allah kepada kita, termasuk musibah, tidak ada yang buruk. Masalahnya adalah mampu atau tidak kita memanfaatkannya. Orang yang mampu memanfaatkan ketentuan yang ditetapkan Allah baginya, akan beruntung ; sedangkan sebaliknya, akan merugi. Hal ini dapat diibaratkan dengan permisalan seperti : "Apalah artinya pena emas bagi yang tidak bisa menulis, atau apalah gunanya buku yang bermutu diberikan pada orang yang buta huruf (tidak bisa baca). Pena emas dan buku bermutu itu, niscaya baginya hanyalah merupakan beban saja, karena ia harus menyimpan dan merawatnya."
Seorang ahli hikmah berkata, "Ketika Allah memberimu nikmat, maka akan terasa olehmu kebaikan-kebaikan-Nya. Dan ketika Allah memberimu musibah, sebenarnya ia ingin memberimu hikmah." Menurutnya, demikianlah cara Allah mencurahkan kasih sayang-Nya kepada manusia, yaitu mekhluk diciptakan-Nya paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang lain.
Albert Einstein, seorang ilmuwan jenius terkemuka, setelah bergelut dengan penelitian-penelitian ilmiah tentang alam raya ini menyampaikan kesimpulan, ".....Tuhan menetapkan, tapi Dia tidak kejam!" Betapa tidak. Cobalah perhatikan hasil dari penelitian para ahli berikut ini :
Tuhan menjadikan air laut itu asin, karena bila tidak demikian maka seluruh air laut tersebut yang besarnya 2/3 bagian bumi ini akan berbau dan jelas akan mengganggu kehidupan manusia. Disamping itu air asin ini telah diselidiki ternyata menyerap gas racun yang menebar di udara. Sementara air hujan dan air sungai dijadikan tawar, sebab jika tidak demikian maka tanaman-tanaman dan makhluk yang hidup akan mati.
Perut bumi tempat gravitasi yang dapat menarik apa saja yang berada di atasnya. Bila tidak niscaya manusia di atasnya setiap saat akan terpontang-panting karena bumi disamping ia berputar pada porosnya, juga ia berputar mengelilingi matahari dengan kecepatan tidak kurang dari 20.000 km/jam!
Jarak matahari dengan bumi kurang lebih 150 juta km. Seandainya jarak itu dikurangi sedikit saja, maka segenap susunan tata surya ini akan terbakar. Dan seandainya jarak itu dijauhkan sedikit saja maka makhluk yang ada di bumi ini akan mati kedinginan karena kekurangan sinar matahari.
dari uraian di atas, maka mestinya kita paham bahwa tidaklah mungkin Sang Maha Pencipta Yang Maha Pengasih dan Penyayang akan 'merusak' hasil ciptaanya yang paling sempurna, yaitu manusia (yang bila ditinjau dari segi anatomisnya memiliki 25 mulyar sel dengan bentuk dan kemampuan serta tugas yang berbeda antara satu sel dengan sel yang lainnya). Adapun yang dianggap buruk oleh manusia, sebenarnya bersifat nisbi (tidak mutlak). Ia bukanlah problem nalar, melainkan problem rasa (yaitu sebagai akibat dari keinginannya untuk selalu mendapatkan yang terbaik dengan melupakan kepentingan orang lain). Misalnya saja, penjahat yang dipenjarakan adalah buruk dalam pandangan si penjahat itu, tetapi baik dalam pandangan masyarakat. Hujan baik bagi petani, tetapi tidak bagi orang yang sedang berpesta. Cobalah kita membiasakan diri menyelam ke bawah permukaan. Peristiwa di penjaranya seorang penjahat, niscaya akan nampak sebagai peluang yang diberikan oleh Allah pada si penjahat itu untuk introspeksi dan bertobat agar ia terhindar dari siksa api neraka.
Dengan demikian, dapatlah kiranya di mengerti bahwa sebaik-baik sikap dalam menhadapi musibah itu memang tidak ada cara lain selain dari istighfar dan berserah diri 'innalilahi wa innnaillahi rojiun' jangan dilupakan janji-janji Allah berikut :
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebaikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.
[An-Nisaa' : 40]
Sesungguhnya Allah tidak berbuat lalim kepada manusia sedikit pun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat lalim kepada diri mereka sendiri.
[Yunus : 44]
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
[Al-Baqarah : 216]
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
[Alam-Nasyrah : 5-6]
Wassalam,
Adryan Mulya Hadinata
"Om_Ryan"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar